Hubungan Iran dan Arab Saudi kembali memanas setelah kedua negara saling melontarkan kecaman terkait tragedi Mina yang menewaskan 2.426 jemaah haji termasuk 400 jemaah haji asal Iran, negara dengan korban tewas terbanyak.
Meski telah setahun berlalu, pemerintah Iran masih belum bisa melupakan peristiwa tersebut.
Apalagi sampai saat ini, Arab Saudi belum merilis hasil investigasi tragedi di Mina tersebut. Bahkan, banyak korban baik yang tewas maupun terluka belum mendapatkan hak mereka seperti ganti rugi finansial sebagaimana yang pernah dijanjikan pemerintah Arab Saudi.
Hal itu membuat pemerintah Iran yang hubungannya selama ini dengan Arab Saudi tak pernah harmonis, semakin kecewa dengan sikap cuek pemerintah Riyadh. Padahal, jumlah korban tewas sangat banyak.
Dilansir BBC, Selasa 6 September 2016, menandai setahun insiden Mina, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei melancarkan serangan kata-kata pedas terhadap Arab Saudi dengan menuduh pemerintah negeri itu 'membunuh' para jemaah haji yang terperangkap dalam peristiwa desak-desakan selama musim haji tahun lalu.
Khamenei juga menuding Arab Saudi telah menelantarkan jemaah yang terluka. Pasalnya, kata Khamenei, saat kejadian, jemaah yang terluka itu dikurung dalam kontainer dan tidak diberikan perawatan medis.
"Aparat Arab Saudi yang keji dan tak punya hati memasukkan orang-orang yang terluka bersama orang-orang yang meninggal dalam kontainer yang terkunci dan bukannya mengobati mereka atau setidaknya melepaskan dahaga mereka. Mereka telah membunuh jemaah," demikian pernyataan Khamenei menandai setahun terjadinya peristiwa maut tersebut.
Masih dalam pernyataan yang sama, Khamenei menyesalkan sikap Arab Saudi yang tak meminta maaf dan mengadili orang-orang yang bersalah dalam tragedi maut tersebut.
Komentar pedas pemimpin tertinggi Iran tersebut telah membuat sejumlah ulama Arab Saudi tersulut. Seperti dilaporkan Kantor Berita AP, Selasa 6 Agustus 2016, ulama Arab Saudi, Imam Besar Abdulaziz Al Sheikh mengatakan, retorika yang dilontarkan Iran terhadap Kerajaan Arab Saudi menunjukkan para pemimpin Iran "bukan Muslim".
Abdulaziz, dalam komentarnya di korah Makkah menyatakan, pernyataan keras Khamenei terhadap Arab Saudi tersebut "bukan hal mengejutkan" karena warga Iran merupakan keturunan kaum “Majuws”. Kaum tersebut, kata Abdulaziz, merupakan terminologi yang mengacu pada kelompok Zoroaster dan komunitas lainnya yang memuja api.
Zoroaster merupakan ajaran monoteisme yang telah ada sebelum Kristen dan Islam muncul. Agama tersebut mendominasi keyakinan warga Persia sebelum Arab masuk ke wilayah tersebut.
"Kita harus paham bahwa mereka itu bukan Muslim. Mereka itu keturunan Majuws dan sikap permusuhan mereka terhadap Muslim, khususnya Sunni, sudah berlangsung sangat lama," ujar Abdulaziz. Tak ayal, pernyataan Imam Besar Saudi tersebut semakin mengeskalasi ketegangan yang telah terjadi sebelumnya.
No comments:
Post a Comment