Saturday, August 27, 2016

Penasaran Siapa Mukidi ? Ternyata Ini Identitas Aslinya..


Entah bagaimana awal mulanya, humor tentang Mukidi tiba-tiba jadi viral. Bak seleb, kisah lucunya dikutip dimana-mana.
Humor-humor tentang Mukidi banyak beredar di sosial media seperti Whatsapp, BBM, dan banyak lagi yang lain. 
Tokoh Mukidi sendiri tak begitu jelas sosoknya. Kadang ia digambarkan sebagai orang Jakarta, kadang orang Jawa, kadang orang Madura.
Namun dalam sebuah blog ceritamukidi.wordpress.com, terdapat kanal 'Tentang Mukidi'.
Di kanal tersebut dijelaskan jika Mukidi adalah orang Cilacap.
"Mukidi berasal dari Cilacap. tipikal orang yang biasa saja, tidak terlalu alim, mudah akrab dengan siapa saja. Punya karir tapi kadang-kadang bisa menjadi apa saja. Istrinya Markonah, juga punya karir tapi tidak terlalu istimewa. Anak mereka 2 orang, Mukirin yang sudah remaja dan Mukiran yang masih duduk di bangku SD. Sahabatnya adalah Wakijan," tulis blog tersebut menjelaskan tentang sosok Mukidi.

Entah benar atau tidak, yang jelas cerita-cerita tentang Mukidi ini telah berhasil menghibur dan membuat kita tertawa. Berikut ini merupakan beberapa cerita tentang Mukidi yang kocak dan bikin ngakak.

1. Cartoon Freak

Markonah diajak suaminya ke Singapura.
Karena Mukidi sedang mengikuti meeting, maka dia ditinggal sendirian di kamar hotel.
Ketika Markonah hendak ke kamar mandi, tiba-tiba seekor tikus nongol entah dari mana.
Markonah buru-buru menghubungi front desk.
“Hello, do you know Tom and Jerry?”
“Of course mam,” jawab front desk.
“Jerry is here…” lanjut Markonah gugup.

2. Homesick

Waktu sarapan pagi sementara Wakijan mengambil makanan, Mukidi yang juga sudah seminggu menginap di Marriot tidak mengambil breakfast yang tersedia, malah memanggil pelayan:
“Pelayan!” seorang pelayan menghampiri. “Tolong buatkan nasi goreng..”
“Tapi pak, nasi goreng ada di meja buffet?”
“Saya ingin yang beda,” Mukidi memaksa, “tambahkan garam di nasi gorengnya, terus telurnya diceplok rada gosong…jangan lupa cabenya banyak-banyak”
“Pesananmu koq aneh Di?” Wakijan heran.
“Aku rindu masakan istriku…..”

Nah ternyata cerita Mukidi ini tak hanya berupa cerita humor saja lo. Ada juga cerita tentang Mukidi yang justru menyentuh dan memberi pelajaran berharga tentang hidup, berikut ini salah satunya :

3. Sedekah

Sore itu Mukidi menemani istri dan anaknya berbelanja kebutuhan lebaran.
Selesai berbelanja mereka menuju ke tempat parkir mal, tangan-tangan mereka sarat dengan kantong plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar seorang wanita pengemis bersama seorang putri kecilnya menengadahkan tangan kea rah Markonah: “Bu, minta sedekah.” katanya.
Markonah kemudian membuka dompetnya lalu menyodorkan selembar Rp.1000 an.
Setelah pengemis itu menerima pemberianny, ia tahu kalau jumlahnya tidak cukup untuk makan berdua anaknya.
Dia lalu member isyarat dengan menguncupkan jari-jarinya di arahkan ke mulutnya, kemudian ia memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke arah mulutnya.
Seolah ia berkata, “Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan.”
Markonah membalasnya dengan isyarat pula dengan gerak tangan seolah berkata, “Tidak… tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!” sambil berjalan bersama anaknya membeli ta’jil untuk berbuka, sementara Mukidi berjalan ke ATM center guna mengecek saldo rekeningnya.
Ternyata gaji bulan ini plus THR sudah masuk. Ia tersenyum melihat jumlah saldonya, lalu menarik beberapa juta rupiah dan ia menyiapkan bonus Rp. 10 ribu, untuk pengemis tadi.
Diberikannya uang Rp 10 ribu itu kepada si pengemis.
“Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga…!”
Mukidi tidak menyangka akan mendengar respon yang begitu mengharukan.
Mukidi mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja.
Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Mukidi terpukau dan membisu.
Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, “Nak, alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga…!”
Hati Mukidi berdegupr kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan.
Sejurus kemudian mata Mukidi membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung Tegal untuk makan di sana.
Mukidi masih terdiam dan terpana di tempat itu.
“Ada apa mas?” Tanya Markonah.
“Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak Rp. 10 ribu!”
Markonah hampir tidak setuju, namun Mukidi melanjutkan kalimatnya:
Halaman selanjutnya 
“Bu… kamu tahu, saat menerima uang itu ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali doanya. Dia hanya menerima karunia dari Allah SWT sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur, padahal ketika aku melihat saldoku di ATM jumlah saldo kita ribuan kali lipat. dan aku hanya mengangguk-angguk tersenyum.
Aku lupa bersyukur, aku malu kepada Allah! Pengemis itu hanya menerima Rp. 10 ribu dan begitu bersyukurnya kepada Allah, berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah?” (*)

No comments:

Post a Comment