Masyarakat Indonesia dilanda keresahan dengan berbagai persoalan, seperti tax amnesty, Arcandra yang dicopot karena punya dua kewarganegaraan, kasus sianida Mirna dengan tersangka Jessica yang masih misteri.
Kasus pembakaran wihara di Tanjung Balai yang masih belum tuntas, kasus calon jemaah haji WNI yang terdampar di Filipina, kasus Pilkada DKI yang menempatkan Ahok seolah musuh bersama, membuat wajah Indonesia kusam.
Sepertinya tak banyak lagi waktu bercanda dan tertawa ria, karena semua disibukkan dengan masalah. Masing-masing ingin menyesaikannya dengan caranya sendiri, tak ingat lagi Sang Ilahi yang bisa menyelesaikan semua persoalan.
Di tengah kekosongan itu, cerita humor Mukidi tiba-tiba menyebar secara viral lewat media sosial. Di berbagai grup messenger WhatsApp.
Tak jelas siapa yang memulai, humor Mukidi yang begitu Indonesia itu menjadi perbincangan. Mukidi menjadi salah satu trending topic di twitter.
Pokoknya nama Mukidi begitu popular. Sampai-sampai ada komentar di salah satu grup messenger WhatsApp yang menyarankan Mukidi ikut mencalonkan diri dalam Pilkada DKI.
“Pasti banyak yang pilih, soalnya dia lebih popular daripada Ahok dan Sandiaga Uno,” komentar salah seorang dalam WA.
Sebuah online menulis hahwa semua humor yang mengocok perut itu bersumber dari blog Cerita Mukidi dengan akun twitter @CeritaMukidi.
Lalu siapa tokoh Mukidi itu? Disebutkan, Mukidi berasal dari Cilacap, Jawa Tengah dan dia ke Jakarta pula. Tipikal orang yang biasa saja, tidak terlalu alim, mudah akrab dengan siapa saja. Tetapi, di cerita lainnya, Mukidi juga disebut orang Madura dan punya keluarga di Sumenep.
Saking banyaknya cerita lucu Mukidi ini beredar, para anggota grup pun ikut berlucu-lucu dengan mengirim foto seorang berseragam Angkatan Laut bernama Mukidi.
“Hentikan mengirim cerita Mukidi, nanti dituntut telah mencemarkan nama baik seseorang,” ujar teman yang mengirim foto itu, tentu dengan gurau.
“Siap Dan. Hahahaha,” timpal rekan lainnya.
Berikut ini adalah cerita humor ala Mukidi yang membuat tertawa, minimal senyum-senyum.
Bantu Nenek
Mukidi melihat mbah Kartinem sedang kebingungan di kantor pos.
"Bisa saya bantu nek?"
"Tolong pasangin perangko sama tulis alamatnya nak."
"Ada lagi nek?"
"Bisa bantuin tulis isi suratnya sekalian?" Mukidi mengangguk. Si mbah lalu mendiktekan surat sampai selesai.
"Cukup nek?"
"Satu lagi nak. Tolong di bawah ditulis: maaf tulisan nenek jelek."
No comments:
Post a Comment